Biomassa adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan semua bahan organik yang berasal dari sumber hayati atau makhluk hidup, seperti tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Biomassa dapat berupa material yang masih hidup, seperti pohon, rumput, atau tanaman lainnya, atau bisa berupa bahan yang telah mati, seperti kayu, jerami, kulit biji-bijian, dan limbah organik lainnya. Secara umum biomassa dibagi menjadi dua bagian, yaitu biomassa di atas tanah (above-ground biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah (below-ground biomass).
Biomassa di atas permukaan tanah (Above Ground Biomass/AGB) adalah total massa atau berat tumbuhan yang terletak di atas permukaan tanah pada suatu ekosistem tertentu. Ini termasuk bagian tumbuhan seperti batang, cabang, daun, bunga, buah, dan bagian tumbuhan lainnya yang dapat dilihat dan diukur di atas permukaan tanah. Sedangkan, Biomassa di bawah permukaan tanah (Below Ground Biomass/BGB) adalah total berat atau massa dari seluruh bagian tumbuhan yang berada di bawah permukaan tanah. Ini termasuk sistem akar tumbuhan, umbi, rhizoma, dan bagian tumbuhan lainnya yang berada di dalam tanah.
Tempat penyimpanan utama karbon adalah terdapat dalam biomassanya (termasuk bagian atas yang meliputi batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buah serta bagian bawah yang meliputi akar), bahan organik mati, tanah dan yang tersimpan dalam produk kayu yang nantinya dapat diemisikan untuk produk jangka panjang (Widyasari, 2010).
Pada dasarnya, nilai AGB memang lebih tinggi daripada nilai AGB karena AGB memiliki sumber biomassa yang lebih banyak yakni biomassa daun, biomassa cabang dan biomassa batang, berbeda dengan nilai BGB yang hanya bersumber dari biomassa akar. Lubis (2011) mengungkapkan bagian terbesar dari biomassa hutan adalah berupa batang-batang pohon yang menyusun tegakan pohon tersebut. Besarnya kandungan kadar air pada setiap bagian pohon (batang, cabang, ranting dan daun) dapat mempengaruhi secara langsung terhadap potensi biomassa atau berat kering setiap bagian pohon disamping berat basahnya.
Sedangkan rendahnya kadar air pada bagian batang dikarenakan pada umumnya bagian batang mempunyai zat penyusun kayu yang lebih banyak dibandingkan dengan bagian pohon lainnya (cabang, ranting dan daun). Zat penyusun kayu tersebut dapat menyebabkan bagian rongga sel pada batang banyak oleh komponen penyusun kayu dibandingkan air, sehingga bobot biomassa batang menjadi besar (Widyasari, 2010).
Perbandingan antara above ground biomass (AGB) dan below ground biomass (BGB) dapat bervariasi tergantung pada jenis ekosistem dan spesies tumbuhan yang ada di dalamnya. Secara umum, perbandingan AGB dan BGB dalam ekosistem hutan sehat berkisar antara 1:1 hingga 1:6, dengan rata-rata sekitar 1:3. Artinya, AGB dapat berkontribusi sekitar 25-33% dari total biomassa tumbuhan, sementara BGB dapat mencapai 66-75%. Namun, perbandingan ini dapat berbeda dalam ekosistem lain seperti padang rumput, lahan basah, atau ekosistem gurun. Untuk mendapatkan perbandingan yang lebih spesifik, akan lebih baik merujuk pada penelitian ilmiah atau data terkait dengan ekosistem tertentu yang diminati.
Salah satu keutamaan biomassa adalah bahwa ia dapat dianggap sebagai energi terbarukan karena dapat diperbarui melalui proses alami, seperti pertumbuhan tumbuhan baru. Namun, penggunaan biomassa juga memiliki tantangan, seperti memastikan bahwa penggunaannya berkelanjutan dan tidak menyebabkan deforestasi atau persaingan dengan produksi pangan. Oleh karenanya, pendekatan yang bijaksana dalam pemanfaatan biomassa harus mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan, ketersediaannya, dan keberlanjutannya.
Referensi :
Jurnal Manajemen Riset dan Teknologi Universitas Karimun (JURNAL MARITIM) Vol. 2 No. 1. Agustus 2020
https://lindungihutan.com/blog/kenalan-dengan-energi-biomassa/
https://multisite.itb.ac.id/sithdev/wp-content/uploads/sites/386/2018/01/Distribusi-Biomass.pdf