Tantangan Pengetahuan Budi Daya Kelapa Sawit Petani Swadaya
Petani sawit swadaya di Indonesia pada umumnya belum memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang budi daya kelapa sawit yang baik. Hal ini karena kaum petani tidak mendapat pembinaan dan pendampingan yang memadai. Sensus pertanian mengungkap, petani yang pernah menerima penyuluhan hanya 8% dan 77% sama sekali tidak menerima bantuan.
Minimnya pengetahuan terhadap pengelolaan sawit yang baik ini berpengaruh signifikan. Pemahaman soal pupuk, misalnya. Di Riau, ada kelompok petani yang tidak pernah mendengar atau mendapatkan penyuluhan tentang pupuk kompos ataupun jenis anorganik. Padahal, pengetahuan ini penting karena terkait dengan pemeliharaan kebun sawit.
Ada juga petani yang tidak mengetahui tentang bibit yang baik dan berkualitas. Seperti halnya kesehatan tanah dan pupuk, bibit unggul itu nantinya akan menentukan kualitas dan produktivitas tandan buah segar kala musim panen. Rendahnya produktivitas itu berpengaruh terhadap pendapatan petani, diluar penetapan harga sepihak oleh pihak perusahaan. Sayangnya, masih banyak petani yang tidak menyadari hal ini.
Akar permasalahan ini tidak melulu salah petani. Justru, kondisi ini membutuhkan intervensi dari pemerintah. Petani membutuhkan pendampingan, pembinaan, dan penyuluhan untuk meningkatkan kapasitas dan wawasan petani. Jangan lupa, subsidi pupuk dan bibit yang berkualitas juga harusnya menjadi hal yang wajib.
Selain masalah di atas, petani sawit swadaya juga masih menghadapi berbagai permasalahan, terutama soal legalitas lahan ataupun bukti kepemilikan legal dari kebun sawit. Padahal legalitas menjadi salah satu persyaratan untuk memperoleh sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai bukti sawit yang berkelanjutan. Kalau tidak diselesaikan, bagaimana sawit rakyat bisa bersaing?