Pelatihan Sekaligus Pemantauan, Perkuat SDM dalam Pengoperasian WTA
SIAR.OR.ID, Sorong – Lelaki itu beperawakan tegap, kekar tidak memakai baju dan bambu berukuran 5 meter di tangannya. Sesekali bambu itu diarahkannya ke atas. Kepala lelaki tersebut terlihat menengadah memastikan buah pinang yang ingin diambilnya jatuh dari pohon. Kedatangan kami membuyarkan perhatiannya terhadap buah pinang yang mau diambilnya. “ Kakak silahkan masuk, kak Irma ada di dalam,” kata lelaki itu seolah tahu kami ingin bertemu dengan siapa.
Kedatangan kami ke Kantor Papua Forest Watch untuk mamastikan pelatihan yang akan dilaksanakan. Terkait peserta, komsumsi dan tempat. Setelah mendapatkan kepastian terkait pelatihan yang akan dilakukan, Erlangga Rezki Ananta meyampaikan agenda pelatihan dan output yang ingin dicapai pada pelatihan tersbut. “Selain mengadakan pelatihan, untuk memantapkan hasil pelatihan, harapan kita akan ada satu tim Wahana Tanpa Awak (WTA) yang benar-benar jadi, maka maksud kami dalam pelatihan ini prakteknya akan dilakukan pemantauan terhadap kawasan hutan yang ada aktivitas perambahannya,” kata Erlangga Rezki Ananta .
Irma menyambut baik kegiatan pelatihan serta hasil pemantauan sebagai hasil dari pelatihan tersebut. Papua Forest Watch akan menyiapkan personil yang akan dibentuk menjadi satu tim untuk pengoperasian Wahana Tanpa Awak (WTA) tersebut. Di sela-sela pembicaraan agenda pelatihan yang akan dilakukan Irma masuk ke ruang kerja, begitu keluar selembar kertas berada di tangannya. Kertas tersebut adalah sebuah peta, peta tersebut adalah sebuah peta hutan adat yang menurut informasinya sudah ada aktivitas perambahan. “Tinggal kita tentukan wilayah mana yang akan menjadi target pamantauan nanti,” kata Irma.
Pelatihan dan Penganalan Wahana Tanpa Awak (WTA)
Satu persatu peserta memasuki ruang pelatihan, salah satunya Hermanus pria berperawakan besar tinggi ini begitu ramah. Sebelumnya Hermanus pernah pengikuti pelatihan pemanfaatan WTA di Pontianak. Demi mengasah keterampilannya dalam mengoperasikan WTA Hermanus kembali mengikuti pelatihan yang dilakukan di Sorong, Papua Barat.
Hermanus mengaku banyak sekali ilmu yang didapat ketika mengikuti pelatihan di Pontianak. Mendengar AURIGA dan SIAR akan membentuk sumber daya manusia yang benar-benar bisa mengoperasikan WTA di bidang pemetaan dan pemantauan dan tim tersebut harus menjadi tim yang siap ketika melakukan monitoring maka kesempatan ini pun tak dilewatkan Hermanus.
Agenda pelatihan di hari pertama berjalan lancar, materi yang diberikan kepada peserta pelatihan adalah pengenalan dan pemanfaatan WTA di bidang kerja tertentu. Serta jenis-jenis WTA atau drone. Setelah memahami dan mengetahui jenis-jenis drone materi selanjutnya yang disampaikan kepada peserta adalah manajeman pengoperasian drone serta regulasi yang berlaku di Indonesia. Materi ini diberikan agar peserta memahami tahapan-tahapan yang dilakukan ketika ingin mengoperasikan drone atau wahana tanpa awak.
Materi terkait drone atau wahana tanpa awak disampaikan dua hari. Setelah penyampaian materi tersebut agenda selanjutnya adalah praktek menerbangkan drone di lapangan terbuka. Drone atau WTA yang akan diterbangkan ada dua jenis pertama multirotor kedua fixed wing. Kedua jenis drone ini harus bisa dioperasikan oleh peserta. Proses penerbangan berjalan lancar, peserta satu persatu bergiliran untuk menerbangkan drone jenis fixed wing yang SIAR rakit sendiri. Setelah proses praktek penerbangan dan peserta tahu orientasi barulah salah satu peserta mengoperasikan fixed wing jenis Sky Walker yang bisa digunakan untuk melakukan pemetaan.
Tes terbang pun dilakukan dengan merencakana jalur terbang. “Sebelum terbang langkah awal yang kita lakukan adalah membuat jalur terbang di massion planner,” kata Fajar selaku staf lapangan AURIGA.
Fajar memandu peserta yang telah dibagi menjadi 3 kelompok. Dari tiga kelompok besar tersebut terdiri dari 3 orang. Ada pilot yang menerbangkan drone, Ground Control System (GCS) yang bertugas membuat jalur terbang dan memantau pergeralan pesawat ketika auto dan teknisi yang memastikan pesawat benar-benar baik dan siap untuk diterbangkan.
Setelah mendemokan pembuatan jalur terbang, Fajar meminta GCS yang telah ditunjung oleh kelompoknya untuk membuat jalur terbang sendiri. “Silahkan buat jalur terbang yang kalian inginkan, usahakan sebelum membuat jalur terbang kalian saling koordinasi,” kata Fajar.
Kelompok pertama merencanakan rute penerbangan WTA. Setelah rencana terbang dibuat, teknisi memastikan komponen dan body pesawat aman dan siap diterbangkan, kemudian pilot mengecek setiap bidang kemudi yang ada di pesawat. Dan pasawat siap diterbangkan. Setiap kelompok mendapat giliran untuk membuat rencana penerbangan dan mengoperasikan drone atau WTA.
Praktik dan Proses Monitoring Kawasan Hutan yang Dilakukan
Seusai pratek penerbangan di sekitaran Kota Sorong untuk melakukan monitoring kawasan hutan tim harus bergeser ke Maladofok. Perjalanan menuju lokasi memakan waktu kurang lebih 3 jam dari kota Sorong. Ada 3 tim yang berangkat dengan dua kendaraan. Medan yang ditempuh lumayan ekstrim dengan kondisi jalan beton dan banyak tikungan. Kawasan hutan yang menjadi target pemantaun kali ini adalah sekitar Hak Guna Usaha (HGU) PT. HIP.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang akhirnya kami sampai di lokasi pemantauan. Target selanjutnya adalah mencari home penerbangan yang aman serta jauh dari keramaian. Akirnya home yang dicari pun kami dapati, tim monitoring yang sebelumnya sudah dilatih langsung mempersiapkan unit. Ground Control System (GCS) yang ditangani oleh Mariao langsung membuat rencana penerbangan, sedangkan teknisi diambil alih oleh Roni langsung meyiapkan tiang antena dan merakit drone, pilot diambil alih oleh Hermanus menyiapkan transmiternya.
Persiapan usai, ketiga orang ini mengambil posisi masing-masing. Pilot dan teknisi mengecek bidang kemudi yang ada di drone sedangkan teknisi mengecek kondisi body drone dan komponen-komponen lainnya. “Semua aman dan siap terbang bang,” kata Roni memberi infromasi ke Mario selaku GCS. Mendengar aba-aba tersebut Mario mengoneksikan WTA dengan lantopnya yang ada di depan. Rencana penerbangan pun dikirim ke pasawat kembali Hermanus mengecek bidang kemudi pesawat untuk memastikan apakah setiap bidang kontrol pesawat dan beroperasi dengan baik. “Semua kontrol pada pasawat berfungsi dengan baik, pasawat siap untuk take off,” teriak Hermanus. Roni pun mengambil ancang ancang untuk melontarkan pasawat, Hermanus menaikan tuas trotel pada transmiter motor yang ada di pesawat berbunyi dan baling-baling berputar dengan kencang. “Lontar kakak Roni,” kata Hermanus memberikan aba-aba ke Roni. Dengan sigap Roni melontar pasawat, kini kendali pasawat ada di Hermanus Penuh selaku pilot. Dari kejauhan suara Mario terdengar. “Ketinggian 50, ketinggian 70 ketinggian 80 ketinggian 100,” ucap Mario sedikit berteriak memberikan informasi kepada rekannya Hermanus. Tak selang berapa lama Hermanus menanyakan arah mana yang dituju pesawat. “Mario kemana jalur awal terbang pasawat,” tanya Hermanus. “Ok kakak bawa ke kiri terus dalam hitungan mundur siap-siap kakak autokan. Tiga, dua , satu autokan kakak,” perintah Mario kepada Hermanus. Dari kejauhan suara Hermanus terdengar. “Mode,” tanya Hermanus. “Auto sudah kakak,” Balas Mario.
Beberapa saat Hermanus memantau pergerakan pesawat ketika auto. “Pesawat stabil, baik Mario transmiter aku matikan,” Hermanus mengkonfirmasi ke Mario bahwa transmiter dimatikannya. Mario pun memberikan informasi kepada Hermanus bahwa transmiter sudah tidak berfungi lagi. Kini pesawat tersebut bekerja secara otomatis sesuai jalur terbang yang sudah direncanakan. Mario dengan serius melihat di layar monitor pergerakan dan tingkah laku pesawat di udara. Jalur terbang yang direncakan Mario memakan waktu 1 jam dengan luasan area yang tercover 1000 ha.