Menyediakan Kelengkapan Data Sawit Rakyat, SIAR Lakukan Identifikasi dan Pemetaan
Aceh, siar.or.id – Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpes) No 88 Tahun 2017 tentang “ Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan”. Tim pemetaan SIAR Nusantara turun ke beberapa wilayah Indonesi untuk melakukan identifikasi dan mendata lahan sawit rakyat yang berada di kawasan hutan dengan menggunakan Wahana Tampa Awak (WTA).
Dalam pendataan dan pemetaan sawit rakyat ini setidaknya ada tiga desa dalam tiga provinsi yang menjadi fokus tim SIAR Nusatara. Tiga desa dalam tiga provinsi tersebut yakni : Desa Alur Bening, Kecamatan Babul, Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh. Desa Tepian Buah, Kecamatan Sagah, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur dan satu Desa terpilih di Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Yulius selaku Operator Dron SIAR Nusantara yang melakukan pendataan dan pemetaan di Desa Alur Baning, Kecamatan Babul, Kabupaten Aceh Tenggara mengatakan, luasan lahan yang dipetakan yakni seluas 6000 hektar.
“ Dengan luasan lahan 6000 hekatar tersebut kami mencoba menentukan estimasi perbangan selama tiga hari. Namun ada beberapa kendala sehingga estimasi penerbangan kami menjadi seminggu”, kata Yulius.
Kendala tersebut sambung Yulius, dikarenakan kawasan yang dipetakan adalah berbukitan sehingga perlu kesabaran dan kehati-hatian dalam mensetting dron agar hasil gambar yang didapat dalam penerbangan bagus dan beresolusi tinggi.
Pendataan dan pemetaan sawit rakyat mengapa menjadi penting dilakukan, tujuannya adalah agar tercipta sistem registrasi sawit rakyat atau yang lebih dikenal dengan Surat Tanda Daftar Budidaya ( STBD).
Erlangga Rizki Ananta Selaku Direktur SIAR Nusantara mengatakan, identifikasi dan pemetaan sawit rakyat yang kita lakukan adalah untuk menyediakan kelengkapan data terhadap status kepemilikan sawit oleh masyarakat.
“Metodelogi yang kita gunakan dalam mengidentifikasi sawit rakyat ini adalah dengan menggunakan Pasawat Tampa Awak (WTA) untuk mendapatkan citra satelit beresolusi tinggi dengan menggunakan foto udara. Sehingga data detail tersebut untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi atau kepemilikan areal sawit rakyat tersebut. walau pun menggunakan teknologi nilai partisipatif tetap dilakukan agar masyarakat mengetahui ruang dan wilayahnya”, kata Angga yang sekaligus menjabat sebagai Litbang Auriga Nusantara.
Umumnya dalam satu kali penerbangan lanjut Angga kita bisa mengcover 1500 sampai 1800 hektar dengan resolusi 15 cm per picsel. Dengan lama terbang tergantung dengan kondisi cuacanya. “Biasanya lama penerbangan satu sampai satu jam setengah”, jelas Angga.
Berdasarkan data Ditjenbun 2017 secara statistik luasan sawit rakyat adalah 4,8 juta hektar dari total 12,3 juta hektar sawit Indonesia. Tapi, tidak tersedia data detail yang kredibel mengenai sawit rakyat. Maka dari itu, diharapkan dengan mengindetifkasi dan melakukan pemetaan data detail luasan sawit rakyat dapat diketahui. (Fathul Birri)